Sabtu, 17 Mei 2014

Jika Memang Kau Bertanya

Tadinya aku ragu ketika kau bertanya karena aku tak mempersiapkan jawaban apapun untuk rasamu itu. Namun matamu mencampur pandangan amarah dan rasa ingin tahu, jelas saja aku kaku. Tapi biar ku beritahu: sejak mengenalmu, dulu, kaku itu muncul begitu saja, jadi bukan baru sekarang, malahan aku terkejut kau baru sadar.

Aku mengenalmu sedalam yang ku tahu, sedalam yang ku mau. Aku hatam dengan caramu marah. apalagi kalau bukan diam, pergi, sendiri, tapi asal kau tahu bahwa aku mencarimu saat itu. Aku ingat saat kejadian berdarah itu, raut mu menunjukan kesakitan dan kemarahan, juga kebingungan. Kau pergi begitu saja, tapi tenang aku akan mengejar. Ketika ku berlari dan menemui mu, sontak ku meneriaki namamu. Tapi, tapi kau menoleh dengan ekspresi tak biasa, andai kau tahu betapa luar biasa canggungnya aku waktu itu.

"Nanti kalau udah selesai, balik lagi ke sini ya, temuin gue," ucapku sambil berusaha tersenyum, aku tak tahu bagaimana macam rupaku saat itu.

Kau mengangguk.

Tapi dengar, aku tidak benar-benar pergi. aku mengikutimu sampai kau terdiam sendiri di tempat itu. Aku melihatmu menangis waktu itu, aku hanya memperhatikan. Aku tak pernah sanggup untuk menahan diriku tidak mengetahui semua tentang kau. Mengapa aku bisa sepeduli ini.

Tapi satu, jawaban untuk tanyamu. Aku bukan orang yang pandai memahami orang lain, tapi itu tidak berlaku padamu.

signed with trust