Kamis, 25 Februari 2016

Belajar Dari Angin

Tanganku membentang lebar. Dengan telapak kaki telanjang yang menginjak tepi jembatan penyebrangan.

Getir.

Mengapa rasanya angin mencoba memelukmu... dan memeluk semua orang.
Menghebus pada setiap badan, tak pilih orang dengan ideologi seperti apa.

Hilang. Terbang.

Selangkah saja aku maju, angin akan mencoba menahan badanku membentur tanah. Dan mati.
Ragu? Bahkan aku meragukan aku sedang ragu atau tidak.

Yang jelas aku tidak dapat menyalahkan angin atas kematian bodohku. Menjatuhkan diri sendiri meski angin mencoba memeluk tubuh.