Selasa, 22 November 2016

"Wajah"



Mungkin dulu begini lah yang orangtuaku rasakan saat melihat anak yang sedang ia besarkan tiba-tiba marah, kau ingin membalas marahnya namun kau khawatir menggagalkan segalanya.

Mungkin dulu beginilah rasa saat bapak melihatku tidak mau diatur karena aku sudah merasa besar dan bisa menentukan sendiri apa yang ingin ku lakukan.

Mungkin ini perasaan umi ketika anaknya lebih memilih makan di kantin sekolah dan tidak memakan bekal yang umi siapkan sejak shubuh.

Mungkin ini adalah keheranan bapak melihat anaknya bertengkar dengan saudaranya sendiri.

Apakah ini perasaan umi saat aku bahkan lebih suka menghindari dirinya karena tidak mau mendengar ceramahnya?


Pak, Mi,

Sesyahdu ini rasanya saat aku mengucapkan sayang padamu?

Semerdu ini suara tangisanku saat menceritakan masalahku? semerdu ini rasa percayaku?

Sesakit ini melihat dulu aku jatuh sakit? tak peduli berapa banyak yang akan kau korbankan agar aku sembuh dan bisa berlari lagi.

Sebergetar ini ya? Saat tak sengaja mendengar namamu terselip dalam doa anakmu.

dan....


Sebahagia ini kah dahulu, melihat seorang anak lahir dan berkembang dalam binaan tangan penuh kasih sayang?

Love you,
Umi dan Bapak.
Imam sayang kalian.