Minggu, 24 September 2017

Saya hanya baru sadar kalau ternyata teman kita yang mudah "baper" mengajarkan kita untuk lebih cerdas dalam memilih cara bicara.

Tidak sekedar menyampaikan tapi juga membuat kata-kata jadi selicin mungkin sehinga masuk tepat melalui labirin kepalanya tanpa membuat luka.

Duh.

Minggu, 03 September 2017

Overthought and My Bad Ambition

STOP STOP GUE MAU NGOMONG
kebanyakan denger masalah orang akhir-akhir ini cukup bikin gue panik. It's okay kalau itu hanya berhenti di sesi ketemunya aja, tapi ini jadi berpengaruh di aktivitas gue, in negative term.

Gue jadi suka overthinking.... masalah orang.


Kaya semacam: duh gue bisa bantu dia gak sih sebenernya, omongan gue berdampak bagus gak ya buat hidup dia, eh kalau ternyata dia gagal gimana, yaampun nih orang kok gak berubah-berubah sih kesel, omg gue gagal, dia bisa gak ya, yaampun, aaaaaaaaaah

PADAHAL SIAPA GUE JUGA MIKIR BISA BERHARAP BERPENGARUH DI HIDUP ORANG LAIN

salah... sungguh keliru. Gue jadi sadar lagi kalau poin perubahan atau bahkan hidayah itu bukan urusan manusia yang ngatur, kita cuma berusaha jadi perantara aja. Jadi urusan dia berubah atau enggak pasca ketemuan sama kita biar jadi tantangan buat dia.

Kita bukan poros dunia ini, jadi semua yang terjadi dalam hidup bukan karena elo, Mam. Bukan. Stop overthinking.

Gue boleh aja peduli sama seseorang, tapi lagi-lagi... kunci perubahannya ya di orang itu sendiri. Gue yakin ini bukan penegasian kepedulian di diri gue... ini cuma penambahan realitas dalam kepala.

Ini gue lagi ngomongin apaan sih.

==============
In another side of my brain, gue belajar banyak dari mendengar orang. Rasanya seneng, hangat, dan gue merasa dipeluk (walau bukan secara fisik). Kayaknya sharing tetep jadi hal yang tepat.

Gue bukan hal penting di hidup orang, jadi gak perlu berharap banyak. Karena hal penting dalam hidup dia adalah diri dia, dan gue harus paham itu: bahwa dia penting untuk diselamatkan, oleh dia sendiri.

We can give our hand, dalam fase ini gue akan coba sebijak mungkin paham dan bantuin orang semampu gue. Hidup gak sendiri, dan gue bisa bertahan sampai sekarang pun bukan karena kaki gue sendiri, selalu ada bantuan. Tapi kala bantuan datang keputusannya tetep di gue untuk berdiri atau matahin kaki sendiri.

Terima kasih untuk semua orang yang pernah hadir dalam hidup seorang Imam, kamu berdampak baik buatku.