Minggu, 07 Oktober 2018

Emosi Kita adalah Makhluk Hidup

Orang-orang yang memutuskan untuk tidak punya hewan peliharaan sebetulnya menurut saya sangat mustahil. Sebab, setiap manusia punya hal yang harus dipelihara, yaitu emosi.

Kita punya banyak emosi yang perlu dipelihara, yang paling sering hadir adalah: bahagia, sedih, marah, takut. Lalu mari saya ajak pada satu ide: "bahwa semua jenis emosi adalah makhluk hidup yang akan menemani kita dalam setiap langkah."

Entah hanya dalam hidup saya atau hidup semua orang, empat emosi tadi cukup mendominasi kehidupan. Dalam perspektif umum, sayangnya dari keempat emosi tadi hanya satu yang menurut kita terdengar menyenangkan. Sayangnya lagi, sebagian manusia menganggap bahwa tiga emosi yang lain adalah emosi yang buruk.

Seakan kita punya hak untuk menilai makhluk-makhluk mungil itu mana yang baik mana yang buruk.

Padahal,

Mereka semua selalu baik, hanya kita yang membuat mereka buruk.
Kita menghindar kala merasa sedih, kita bersembunyi kala merasa takut, dan kita merasa bahwa marah sama sekali bukanlah hal yang bijak.

Kita nikmati kesenangan dan menampakannya ke setiap orang bahwa kita senang, atau mungkin 'seakan terlihat senang'. Hehe.

Mengapa kita tidak bernapas sejenak, dan tersenyum pada tiap emosi yang kita punya?
Mari sebentar syukuri bahwa Allah telah memberi kita rasa untuk kita nikmati kehadirannya.

Bahagia membawa mu pada napas yang lega, pikiran yang positif, dan segala aktivitas yang menyenangkan.

Kesedihan membawa mu pada perenungan, bahwa ada hal yang tidak selalu cukup, bahwa kehilangan mengajarkan kita untuk menghargai. Menangislah, pelihara kesedihanmu dengan bijak.

Amarah akan mendetakkan jantungmu lebih cepat, bahwa kadang ada hal di luar kendali kita, bahwa tak akan pernah berhenti manusia menjadi kekanak-kanakan sampai dapat mengendalikan amarahnya (bukan menghilangkannya). Maka marahlah dengan bijak, cintailah amarah mu.

Takut mengajarkan bahwa kita tidak pernah pantas, bahwa kita memang selemah dan sepayah itu. Belajarlah rendah hati dari rasa takut, lalu minta lah pertolongan Nya, kemudian maju lah dan hadapi. Pun gagal dan yang kau takutkan benar-benar menjadi nyata, setidaknya kau telah meredam kesombongan dalam jiwa dan menjadi insan yang lebih bijaksana. Berterimakasihlah pada rasa takutmu.

Begitu pun dengan yang lain, kecewa, gelora, iri, sabar, dan emosi-emosi lain. Segalanya bermanfaat bagimu dan harus kau sayangi.

Sebab Tuhan tidak memberikanmu segala rasa itu tanpa alasan baik.

Jadi, selamat menyayangi dirimu sendiri! :)

-------
Terinspirasi dari status WhatsApp salah satu mentor saya, Jimny Hilda, yang mengatakan bahwa setiap emosi kita memiliki hak yang sama. 

Tentang Memaksimalkan Waktu

Berpindah dunia dari dunia akademis ke dunia karir cukup merubah banyak pola dalam hidup,

Pola tidur, pola makan, pola pikir, dan yang terpenting adalah pola karya. Sebetulnya di tempat kerja saya, kerjaan saya buat karya. Tapi sungguh beda karena banyak batas-batas dan aturan yang menantang saya untuk berpikir lebih, artinya karya yang saya buat tidak sebebas ketika diri ini tidak terikat dengan apa pun.

But that's life. Segala hal tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan.

Maka saya mencoba beberapa rekayasa manajemen. Namun seringnya gagal karena bekerja di bidang sosial memang menguras waktu karena kita bermain dalam ranah idealisme. Akhirnya saya coba rekayasa waktu: memotong kebutuhan waktu saya di perjalanan. Biasanya perjalanan untuk pulang dan pergi Bogor-Gondangdia-Bogor adalah 4 jam (atau 1/6 dari waktu saya tiap hari).

Lucu dengan membayangkan bahwa saya tidak mendengar saran orang-orang sekitar bahwa sebetulnya uangnya bisa ditabung dibanding dipakai sewa kamar di Jakarta yang costnya dua kali lipat dibanding di UI dulu.

Saya sepakat uang itu penting, namun bukan tujuan, harta adalah konsekuensi. Juga in syaa Allah saya masih menganggap intensitas menabungan saya cukup (ya walau gak banyak-banyak amat si).

Bagi saya yang terpeting sekarang adalah tidak membiarkan otak dan jiwa saya mengerut karena terlalu banyak mengalah dan melakukan aktivitas rutinan hahaha.

Jadi mari kita lihat keberhasilan cara ini, pun gagal mari kita nikmati saja karena dari gagal juga kita jadi belajar.

Doakan aku ya wankawan.