Minggu, 07 Oktober 2018

Tentang Memaksimalkan Waktu

Berpindah dunia dari dunia akademis ke dunia karir cukup merubah banyak pola dalam hidup,

Pola tidur, pola makan, pola pikir, dan yang terpenting adalah pola karya. Sebetulnya di tempat kerja saya, kerjaan saya buat karya. Tapi sungguh beda karena banyak batas-batas dan aturan yang menantang saya untuk berpikir lebih, artinya karya yang saya buat tidak sebebas ketika diri ini tidak terikat dengan apa pun.

But that's life. Segala hal tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan.

Maka saya mencoba beberapa rekayasa manajemen. Namun seringnya gagal karena bekerja di bidang sosial memang menguras waktu karena kita bermain dalam ranah idealisme. Akhirnya saya coba rekayasa waktu: memotong kebutuhan waktu saya di perjalanan. Biasanya perjalanan untuk pulang dan pergi Bogor-Gondangdia-Bogor adalah 4 jam (atau 1/6 dari waktu saya tiap hari).

Lucu dengan membayangkan bahwa saya tidak mendengar saran orang-orang sekitar bahwa sebetulnya uangnya bisa ditabung dibanding dipakai sewa kamar di Jakarta yang costnya dua kali lipat dibanding di UI dulu.

Saya sepakat uang itu penting, namun bukan tujuan, harta adalah konsekuensi. Juga in syaa Allah saya masih menganggap intensitas menabungan saya cukup (ya walau gak banyak-banyak amat si).

Bagi saya yang terpeting sekarang adalah tidak membiarkan otak dan jiwa saya mengerut karena terlalu banyak mengalah dan melakukan aktivitas rutinan hahaha.

Jadi mari kita lihat keberhasilan cara ini, pun gagal mari kita nikmati saja karena dari gagal juga kita jadi belajar.

Doakan aku ya wankawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar