Rabu, 29 Juni 2016

Melawan Monster

Lalu bocah itu mengacungkan laras panjang, tanpa peluru, senjata kosong yang ia gunakan hanya untuk menggertak.

Ia hanya mengulur waktu agar tak disantap monster menyeramkan di depannya, mereka bertatapan. Tegas. Menyembunyikan ketakutan di balik raut.

Lalu keduanya menyerah. Sedetik kemudian sang bocah tersadar dan menyesal menghabiskan waktu berlama-lama. Menunduk, sendu, karena monster yang ia hadapi adalah pantulan cermin atas dirinya.

haha, apa rasanya jika kau ingin melawan monster dan monster itu adalah dirimu sendiri? haha

Saya Bukan Pembina yang Itu

Jajaran Eksekutif Regional 1 (Imam, Fathan, Finna)

Udah mau post ini dari lama, cuma... hmm yaudahlah lah, baca aja ya.

Beberapa hari yang lalu saya mendapatkan SMS pemberitahuan bahwa saya diterima menjadi Supervisor RK Regional 1, singkatnya pembina para penerima beasiswa Rumah Kepemimpinan.

Setelah hadirnya pesan singkat itu, saya gak tahan senyum-senyum sendiri, sambil ketakutan sendiri. Soalnya... saya bakal ngurusin 30 anak orang... (iya ini orang semua harusnya).

Berat, berat, berat.

Emang banyak yang nanya alasan saya mau daftar, jawabannya sih simple, panggilan hati. Iya itu aja. #duileh #gakgakpas

Gak tau sih alasan itu cukup atau enggak. Awalnya emang gak jadi daftar gara-gara jauh banget dari sosok "pembina ideal". Banyak yang harus dikejar, terlalu banyak yang harus dikejar. (Kan capek, mending tawaf 7 kali #hapasih)

(EH BTW BINGUNG INI POST MAU DIBAWA SERIUS APA GIMANA) (GAUSAH DEH YA, KAMU AJA YANG AKU BAWA SERIUS #BEDATOPIK #TOPIKSAYABUNDAR #LAHMALAHNYANYI)

Tapi yang jelas, perjalanan saya dari niat mau daftar sampe daftar beneran nganterin saya punya kebiasaan yang baik-baik. Terus saya mikir kenapa gak dilanjut kan?

Salah satu yang jadi perhatian saya, setelah beberapa orang tau saya daftar, beberapa dari mereka menyarankan saya untuk mencontoh sosok yang pernah membina mereka, dengan segala gembar-gembor metode pembinaannya.

Saya, saya adalah diri saya, saya tau saya banyak kurang tapi saya tak perlu menjadi dia. Benarkan? Poin penting dari dia akan saya ambil, tapi gak perlu menjadi dia.

Saya akan jadi diri sendiri, seorang hamba yang menghamba dengan cara seperti ini.


Jumat, 03 Juni 2016

Membuka Mata dan Mencari Segalanya

Sudah dua hari ada yang berbeda dalam Shubuhku. Sampai sejauh ini, rupanya aku bisa dibangunkan adzan. Merasa angin yang masuk pelan-pelan melalui sela plavon menggiringku mengambil wudhu.

Dingin, dan sepi...

Sudah dua hari tidak ada tepukan membangunkan seorang kawan.

Langkah menuju masjid. Usai shalat aku tersenyum menghadap kiblat...

...lalu menangis perlahan.
Sepi. Seakan banyak orang di hatiku namun lingkungan tak mampu memenuhi kebutuhan.

Akhirnya mereka yang berada dalam hati membuncah keluar, dalam rupa nama, dalam rupa doa dalam isak air yang keluar dari mata.

Air mata itu kini tak ada bedanya dengan embun di kaca masjid, Kawan.