Senin, 28 Agustus 2017

Tidak Perlu Menjadi Siapa-Siapa

Saya sempat kehilangan sesuatu yang besar bulan lalu, hal itu saya sebut "kasih sayang".

Saya dibenci, dijauhi, dibuka aib diri, serta dihindari dan tidak diinginkan. Saya kira saya sedang menebarkan kasih sayang, ternyata saya keliru, saya hanya ingin dicintai secara egois. Menjadikan pujian orang, pemberian orang, serta perhatian orang sebagai perhiasan bahwa saya adalah sesuatu yang menakjubkan.

Lalu rasanya saya disucikan dengan rasa sakit yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Sangat-sangat tidak menyenangkan, merontokan rasa kagum pada diri sendiri dan ingin dipuji seperti mencabut pohon jati raksasa dengan akar yang menghujam pada tanah kering kelontang.

Saya mencoba bersabar, sebab kala itu saya yakin pasti Allah sengaja menyelamatkan saya dengan cara seperti ini.

Kini saya sudah ke luar dalam fase tersebut, penerimaan-penerimaan sudah dilakukan, perdamaian dengan masa lalu telah terjadi, diri telah dimaafkan oleh saya sendiri.

Saya kira saya akan sendirian setelahnya, namun Allah mengembalikan semuanya. Kasih sayang lebih melimpah ruah pada diri, perhatian yang diberikan terasa lebih.... bersih dan menenangkan. Saya seperti sedang melayang... ringan... namun kaki masih menghujam pada tanah, suatu tanda bahwa saya sedang tidak kemana-mana.

Pelajaran mungkin telah didapatkan, bahwa terlalu fokus membuat diri terlihat seperti orang yang baik tidaklah bagus. Cukup jadi orang baik, serta terus berusaha menegasikan unsur negatif dalam diri, tidak menerimanya tanpa memperbaiknya. Sebab kapasitas... tidak akan membohongi dimana diri harus berada.

Kita tidak perlu menjadi siapa-siapa, sebab kita bukanlah siapa-siapa.

Kamis, 03 Agustus 2017

Don't Let Anyone Tell You the Answer

Setiap dari kita hidup dengan masalah yang tidak bisa kita duga, selalu seperti itu.

Baik dalam keadaan siap atau pun tidak, masalah akan tiba. Seakan Tuhan punya rencana dan kejutan untuk kita dalam sekali pemberian.

Kemarin teman saya menangis, dia laki-laki. Saya sudah terbiasa melihat laki-laki menangis sebetulnya, hanya saja masalah dia ketika saya tahu malah tetap membuat saya terkejut. Selalu seperti itu untuk setiap masalah hidup manusia yang diceritakan pada saya.

Terkadang saat mendengar cerita orang lain, otak saya berpikir, "Halah segitu aja masa bingung sih," tapi saya tahu saya harus menyingkirkan pikiran seperti itu. Manusia hidup dan tumbuh di lingkungan yang berbeda-beda, dan tingkat ketegaran pada goncangan, keteguhan untuk hidup, serta toleransi bahkan pada diri sendiri menjadi pengalaman dan tantangan bagi setiap orang.

Mungkin diri saya yang sekarang cukup sering heran pada masa lalu saya sendiri, loh kok bisa saya dulu segalau itu. Lalu saya sadar bahwa saya yang dulu bukan yang sekarang, saya berproses. Saya dibangun dari masalah-masalah saya. Manusia tumbuh karena selalu berhasil melewati masalah-masalahnya.

Maka bisa jadi, masalah yang sama pada dua orang yang berbeda akan memberi dampak berbeda pula. Maka bisa jadi, masalah yang sama akan mendewasakan secara berbeda. Maka bisa jadi, kita hanya belum tahu kalau kita tahu.