Selasa, 31 Januari 2023

Air Mata yang Menyakitkan

Life is full of sweet mistakes.


Segala umpatan yang kamu rajamkan

dan tamparan-tamparan keras yang kamu lemparkan

tidak akan pernah mampu menghapus batuan sesal yang penuh di rongga-ronggaku


Lalu menangislah engkau menghadap langit-langit kamar yang setiap harinya melihat kita dalam peraduan, kini ia menyaksikan sisimu yang lain. 


Tak mampu aku melihat air mata yang harus keluar dari matamu yang biasanya teduh

Namun tanganku merasa tak pantas untuk menyeka alirannya

Terdiam aku. Menangis kamu.


Kita membawa Tuhan, sekarang.

Mengadu engkau dan bersumpah aku

Inginku kita tetap ada, tapi merasa layak saja aku tidak


Dan dalam adukan ramuan pahit dalam jiwamu ...

Keluarlah mantra luar biasa: bahwa semua layaknya kebun bunga yang dijaga, tapi semuanya sedang perlahan berguguran. Kamu memilih untuk tetap menggenggam sisa-sisa batang yang bisa diselamatkan.

Dengan tangan mungilmu dan ketidakberdayaanku.


Sayang.

Biar pelan aku tanam lagi bibit-bibit ini. Tak apa jika kamu nanti memilih pergi, aku bisa mengerti. 

Tapi jika kamu memilih tetap di sini, terima kasih. Akan kubuat kebun yang indah lagi, meski tanah hangusnya akan tetap di sana selamanya. 


Semoga jiwamu segera tenteram dan kebahagiaan melimpah segera datang untuk selamanya kamu

Kemana saja langkahmu nanti. Pergi atau tetap di sini.


Amin.