Seberapa banyak laki-laki yang pernah kalian temui dan dia
suka futsal? Saya banyak, banget bahkan. Tapi kalau mau jujur, they aren’t do
it because they like it, gak semuanya namun banyak jumlahnya. Mereka
melakukannya karena biar bisa fit in sama lingkungan.
Di luar futsal, kita mungkin sering melihat orang melakukan
hal yang sebetulnya bukan dirinya amat. Tapi jadi senang karena dengannya kita
bisa membaur dengan orang-orang di sekitar kita. Ya, pelakunya diri kita
sendiri. Berapa orang yang suka KPOP soalnya lingkaran temennya suka KPOP?
Berapa orang yang tiba-tiba suka keluar malem karena temen-temennya suka
karokean? Berapa orang yang tiba-tiba pada suka sama puisi abis nonton AADC2?
Ya gak tau sih saya juga berapa banyak wkwkwkwk.
Waktu saya jadi supervisor di RK (Never ending flashback,
damn!), ekspresi anak-anak lebih terlihat jujur saat mereka main cing benteng, gobak
sodor, atau hal-hal lain yang mungkin gak bisa dia lakuin sama temen kampusnya.
Beda hal kalau futsal, lebih banyak orang yang terlihat “Yaudah yang lain ikut
kan, gue ikut juga deh.” Saya mencoba paham bahwa melelahkan memenuhi
ekspektasi orang lain yang bahkan orang lain itu juga ngikutin ekspektasi
mayoritas orang. Lingkaran setan banget gak sih.
Kita melipat bendera-bendera keunikan kita karena khawatir
dianggap aneh, takut tidak diterima, dan hal-hal lain yang pokoknya bikin kita
gak punya temen. Kita mengenyampingkan hal-hal yang sangat menyenangkan bagi
kita agar bisa menyenangkan orang lain. Kita senang bisa berbaur dengan mereka.
Dan saya memutuskan untuk keluar dari aktivitas-aktivitas
itu sejak lama. Saya tidak ingin menyenangkan orang lain dengan
mengenyampingkan hal-hal yang saya suka. Lalu rupanya ketakutan tidak punya
teman itu terbukti semu. Saya masih bisa diterima walau berbeda, saya diterima
apa-adanya, saya... mendapatkan segalanya. Sejauh yang bisa saya lakukan saya
tetep dateng futsal walau saya melipir ke billiyard, iya mereka main futsal terus
saya sodok-sodok bola sendirian. Menyenangkan tapi berasa jomblonya haha.
Walau saya akui juga saya belum sepenuhnya bisa lepas dari
ngikutin ekspektasi orang lain. Karya-karya saya percampuran antara hal yang
saya suka dengan yang orang lain suka (atau costumer suka). Saya riset
kecil-kecilan soal sukanya mereka, apa ada saran, apa ada kritik. Tapi kalau
ada saran masuk dan itu udha terlalu mengusik kesukaan saya yaudah lah gak deal
berarti. Ya fleksibel aja sih ya sebenernya. Love what you do and money will
follow.
Ada temen jogging saya, anaknya macho, mukanya cakep, anak
masjid, suatu hari pas kita jogging bareng dia sempet serius ekspresinya dan
ragu-ragu buat cuma bilang, “Sebenernya gue suka nonton girlband korea.” Oh
maaaaaan!!! Saya kira mau jujur apaan! Haha!
Konstruksi sosial masyarakat dunia menurut saya udah
berlebihan banget, this sharpest world gonna make us simillar. Lo laki lo harus
suka bola, lo preman lo harus suka heavy metal, lo bertato lo gak boleh suka
susu rasa stroberi, serta konstruksi sosial lain yang gak harus banget kita
ikutin. Dalam termin yang paling negatif ini terjadi loh misal pada remaja
dengan rokoknya.
Hal ini pun merambah ke taraf ganteng dan gak ganteng,
(disclaimer ini bukan karena saya gak bisa terima saya bukan golongan orang
bermuka malaikat yang cerah dan bersinar bagai senja di pagi hari. Lagian mana
ada senja di pagi hari, lur!) . Konstruksi sosial kita membentuk bahwa orang
ganteng itu tinggi, badan atletis, muka charming, idung mancung, badan putih.
Makin memenuhi kriteria tadi maka lo akan dianggap ganteng. Orang-orang lalu
berbondong beli sabun pemutih kulit, obat peninggi badan, pergi nguli di gym
(ya saya tau sebagian orang ke gym biar sehat, tapi kalau lo mau baca bukunya
Budiman Hakim yang bahas soal costumer insight, mayoritas orang ke gym
alasannya biar bisa bangga kalau lagi telanjang! OMG!) Jujurlah pada diri
sendiri!
Jadilah berbeda dan bangga lah dengan hal itu. Lo wibu kalau
wibu jangan karena orang-orang, lo suka sastra jangan karena gebetan lo suka,
lo suka ngaji ya jangan ngumpet baca quran di tempat umum. Apa pun hal yang
bikin lo nyaman, lakuin aja.
Ya ini juga jangan bikin kita ngelupain hal berbau sosial ya!!!
Habluminannas itu adalah hal yang sangat baik gaes. Jangan samain jadi orang
yang unik sama jadi ansos atau jadi manusia yang gak peduli sama perbaikan diri
haha. Tetep perbaiki diri dan jadi orang yang terbaik yang bisa dicapai.
Kibarkanlah keanehanmu yang selama ini kau lipat di dalam
dirimu selama itu baik buat dirimu. Selama itu gak ngerusak ya jalanin aja.
Jangan sedih kalau ternyata lo gak menuhin standar orang lain. Bikin aja stadar
sendiri! Motor aja punya standar sendiri woy!
Jadi keep on your track, your really track. Your own.