Rabu, 16 September 2015

Kini Kau Ditinggalkan

Mengapa kini ditinggalkan rasanya tidak sesakit yang dibayangkan, rasanya seperti biasa saja. Tidak ada yang berubah dalam hidupmu, hanya sebagian kecil yang hilang, hanya seorang.
Kau bisa hidup seperti biasa, mengerjakan semua yang kau suka dan...
Entahlah, bahkan berekspresi seperti biasa.
Ini seperti menatap semesta saat malam dan kau tidak sadar ada satu bintang yang hilang.

Mengapa kini ditinggalkan rasanya menyenangkan, penciumanmu menghirup harum udara padahal tak ada bunga di sekitar.
Rasanya seperti kau diabaikan oleh hukum gravitasi, kini kau melayang bebas terbang! Kau hanya ingin tertawa, dadamu rasanya tergelitik oleh sesuatu dari dalam. Kau hanya ingin teriak mengeluarkan semua atmosfir gembira, oh bayangkan saja dunia sedang kau genggam!

Namun mengapa kini ditinggalkan rasanya begitu menyakitkan, seakan-akan jantungmu digoreskan oleh sisir besi tajam, sakit. Namun ia ada di dalam, kau tak bisa mengeluarkannya.
Ini seperti cairan pahit dari neraka diteteskan melalui tenggorokanmu, masuk ke dalam paru-paru. Setiap udara seakan berat untuk dihirup. Seperti racun meletup yang dipaksa masuk ke dalam aliran darahmu, masuk ke otak dan kepalamu rasanya seperti dihantam oleh letusan gunung paling besar di kota.


Mengapa kini ditinggalkan rasanya seperti kau kehilangan segalanya, karena orang yang meninggalkanmu ikut membawa hidupmu bersamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar