Jumat, 04 Maret 2016

Kita yang Kurang Sederhana

Suatu hari kamu melihat sepasang sepatu yang sering kamu pakai melangkah di tiap ujung senja, sembari duduk dan kaki berujar lurus.

Sepasang sepatu saling menatap, coklat. Sang kiri rasanya cemburu pada sang kanan yang masih... hmm, lumayan.
Sementara kiri berlubang di satu sisi, entah karena sering diberi kerja lebih banyak atau... memang ukuran kakimu beda antara kanan dan kiri
------------------

"San, aku kok lagi gak enak hati ya..." ucapku
"Cerita," katanya

Ini seperti... hanya tidak enak hati. Tidak ada yang butuh aku ceritakan.

"Cerita apa aja, yang gak nyambung juga gak apa," sambil tersenyum.

Di kepalaku berputar dua juta topik untuk dibahas, "Kenapa ya ada orang yang susah percaya sama kita, padahal kita udah berkorban banyak?" entah mengapa pertanyaan ini yang keluar.

"Kamu salah niat, mam."




...hening



Apa maksudnya? Otakku memberontak mencari makna katanya.

"Kalau niat kamu bener, tujuannya bukan dipercaya orang," lugas.

...hening

"Dulu aku buat buku bukan buat diapresiasi dan kaya dari buku, cuma buat punya karya aja."


Lalu rasanya isi dada ini membuncahkan air terjun, segala gejolak panas sirna ditelan kesadaran dan logika.

----------------------------
Mungkin sebenarnya bukan masalah kita yang terlalu berat, mungkin hanya kita saja yang tidak terlalu sederhana.



Refleksi diri,
thanks, San.

3 komentar:

  1. Bang, tertarik banget dengan kalimat"Mungkin sebenarnya bukan masalah kita yang terlalu berat, mungkin hanya kita saja yang tidak terlalu sederhana"
    Tapi, saya belum terlalu memahami secara mendasar dan mendalam tentang konsep kesederhanaan. Mungkin kapan-kapan bisa diskusi ya bang?

    BalasHapus