Jumat, 12 Agustus 2016

Menasihati

Sejak menjadi supervisor di Rumah Kepemimpininan, memberi nasihat bagi saya adalah sebuah rutinitas. Bukan jadi Lelaki Maha Benar, tapi saya rasa ketidaksempurnaan dan kesalahan haruslah dikondisikan sebagaimana mestinya.

Dalam proses menasihati ini rupanya bukan sekedar orang yang saya nasihati saja yang jadi objek, tapi diri saya sendiri pun jadi objek. Misal saat menasihati untuk tidak mengantuk dikala dzikir, maka saya diberi ujian mengantuk karena mengerjakan tugas. Saat saya menasihati untuk bangun tahajud mandiri, saya diberikan rasa lelah yang begitu sangat. Saat saya emnasihati utnuk menyempatkan diri membaca Al-Quran di hari-hari, mengapa seakan di hari itu terasa begitu padat?

Saat saya minta adik-adik utnuk menjaga kesehatannya, sakit kepala dan rasa lelah dengan mudah menghigapi diri.

Namun yang saya yakini, ini bukan tanda saya untuk berhenti, tapi ini tanda saya untuk tak sekedar menjadi guru, namun untuk berjuang bersama mereka berkembang bersama-sama.

Terima kasih, Ksatria 8.
Saya banyak belajar dari kalian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar