Senin, 17 Juli 2017

Seminggu Kemarin Saya Meninggal Dunia

Gelap, sesak, pengap.

Sakit....


.....sakit .....perih.

Bila saya diberikan waktu lagi saya ingin bersujud lebih lama, biar saya mati saja dalam keadaan menyembah-Nya. 

Minggu lalu teman-teman saya berkumpul di rumah, beberapa sampai menangis berteriak-teriak. Sedang saya hanya kaku dalam kain, di atas meja pendek sebetis, dibaringkan saya di sana.

Esoknya mereka sudah tertawa dalam momen lain, saya bukan poros hidup mereka.

Seminggu lalu Ibu dan Bapak sudah tak bisa tidur dengan nyenyak, adik terus merenung menatap ke luar jendela, dan kakak hanya bisa menenangkan semuanya sambil menahan perasaannya. Tapi beberapa bulan kemudian luka kehilangan akan sembuh.

Minggu lalu banyak yang memposting tentang saya di media sosialnya, memuji karena saya telah hidup dengan memberi dampak baik, meminta maaf, mengupload foto saya yang bagus, serta menceritakan momen-momen berharga yang mereka masing-masing lewatkan bersama saya.

Tapi postingan mereka tidak pernah sama sekali menembus kuburan saya.

Ternyata amalan saya hanya mengikuti waktu, saat waktu berhenti... amalan saya tidak dapat menerobos alam sebab dibangun dengan niat yang tidak benar.

2 komentar:

  1. I don't really think that people as close as family can heal the pain of loss in a month. The pain will remain. Maybe there are just some people who keep reminiscing, while others are busy with lots of distraction like daily routines and stuffs.

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks for your viewpoint, that's right. At the first I just wanna tell myself that I shouldn't made a wrong motive for everything I did.

      Hapus