Lama hidup sebagai insan yang memilih bodo amat sama perasaan sendiri membuat gue jadi kagetan sama apa yang gue rasain sekarang.
Kenapa manusia harus bisa sepeduli ini terhadap manusia lain, bahkan untuk orang yang baru aja ketemu gak lebih dari setahun?
Kenapa hati memilih untuk seyakin ini berjalan dan meruntuhkan kepura-puraan yang dipertahankan dengan baik selama belasan tahun?
Gue, sungguh, sekarang rela untuk dipatahkan pun jika jalan yang harus gue lalui bukan yang gue inginkan. Berkelana ke berbagai tempat selama ini gak tau apa sih ini sebenernya, fisik dan mental, akhirnya kaya nemuin hal yang lu cari selama ini.
"Oh ternyata ini," lega dalam hati.
Kurang hajarnya kelegaan ini ngerombak juga cara gue berdiri. Jika ini peruntungan, sungguh ini peruntungan paling berisiko, gue mempertaruhkan sebelah pijakan pada orang lain.
Siap patah? ya
Mau patah? hal lain, gue sekarang bertaruh sambil bersiap sakit, walu sebetulnya yakin juga bisa jadi ini semua tidak menyakitkan sama sekali.
Dependensi emang makhluk terkutuk.
Kenapa manusia harus bisa sepeduli ini terhadap manusia lain, bahkan untuk orang yang baru aja ketemu gak lebih dari setahun?
Kenapa hati memilih untuk seyakin ini berjalan dan meruntuhkan kepura-puraan yang dipertahankan dengan baik selama belasan tahun?
Gue, sungguh, sekarang rela untuk dipatahkan pun jika jalan yang harus gue lalui bukan yang gue inginkan. Berkelana ke berbagai tempat selama ini gak tau apa sih ini sebenernya, fisik dan mental, akhirnya kaya nemuin hal yang lu cari selama ini.
"Oh ternyata ini," lega dalam hati.
Kurang hajarnya kelegaan ini ngerombak juga cara gue berdiri. Jika ini peruntungan, sungguh ini peruntungan paling berisiko, gue mempertaruhkan sebelah pijakan pada orang lain.
Siap patah? ya
Mau patah? hal lain, gue sekarang bertaruh sambil bersiap sakit, walu sebetulnya yakin juga bisa jadi ini semua tidak menyakitkan sama sekali.
Dependensi emang makhluk terkutuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar